Menurut M. Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer, program bantuan sosial (bansos) tidak memiliki hubungan langsung dengan kemenangan pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 2, Prabowo-Gibran, dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Dia menyatakan bahwa masyarakat lebih memilih calon presiden berdasarkan kualitas kepemimpinan yang kuat dan kedekatan dengan rakyat.
“Jadi, faktor yang mendorong masyarakat untuk memilih seorang calon presiden adalah kualitas kepemimpinan yang khusus. Hal yang sama juga berlaku untuk praktik politik uang atau serangan fajar, sehingga tidak ada jaminan bahwa pemberian money politic akan berdampak pada pemilihan kandidat, terutama jika itu berkaitan dengan bantuan sosial atau perlindungan sosial,” kata Qodari dalam pernyataannya di Jakarta, yang dirilis pada Sabtu (6/4).
Dia menjelaskan mengapa Prabowo, yang memiliki kualifikasi sebagai seorang pemimpin yang tegas, lebih banyak dipilih daripada Ganjar yang dianggap memiliki sifat yang merakyat, atau Anies yang dianggap cerdas. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh proporsi pemilih yang lebih besar menginginkan pemimpin yang tegas daripada aspek lainnya.
“Dalam konteks mengapa calon A lebih berhasil daripada calon B? Hal tersebut disebabkan oleh fakta bahwa proporsi pemilih yang menginginkan kualifikasi A mungkin lebih besar daripada proporsi yang menginginkan kualifikasi B. Saya masih ingat pada tahun 2014, Pak Jokowi berhasil menang karena jumlah pemilih yang menginginkan seorang presiden yang merakyat jauh lebih besar daripada yang menginginkan seorang presiden yang tegas,” ujarnya.
Menurut pandangannya, pola tersebut masih berlaku pada tahun 2019, dengan tambahan satu variabel lagi, yaitu kinerja nyata, yang cenderung mendukung Jokowi.
“Tahun ini kalau survei Indo Barometer paling tinggi adalah orangnya tegas,” ujarnya.
Hal tersebut telah diungkapkan oleh Qodari saat memberikan kesaksian sebagai ahli untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya dalam bidang statistik, yang dihadirkan oleh kuasa hukum Prabowo-Gibran dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi.
Qodari merujuk pada data exit poll yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada 14 Februari 2024, yang menunjukkan bahwa proporsi dari tiga kelompok pemilih yang ditawari dan menerima bansos sama, yakni sekitar 15-16 persen, namun tidak memiliki pengaruh terhadap elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden.
Selain itu, menurut Qodari, survei Indikator Politik Indonesia juga menghasilkan temuan yang serupa, di mana sekitar 22,5 persen responden yang menerima bansos dan 77,3 persen yang tidak menerima bansos tetap memilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden.
Lebih lanjut, Qodari menjelaskan bahwa survei yang dilakukan oleh Indo Barometer pada bulan Oktober 2023 mengenai alasan memilih calon presiden tidak menemukan bahwa menerima bansos menjadi faktor utama.
Hasilnya menunjukkan bahwa alasan tertinggi masyarakat memilih calon presiden, berdasarkan jawaban terbuka, adalah karena kepemimpinan yang tegas dan berani sebesar 25 persen, diikuti oleh perhatian terhadap rakyat sebesar 16,2 persen, serta kecerdasan sebesar 8,4 persen. Faktor-faktor lain seperti keberwibawaan mencapai 6,2 persen, sementara alasan lainnya kurang dari 5 persen.