Selama beberapa tahun terakhir, tren thrifting sudah menjadi gaya hidup baru sebagain besar masyarakat. Thrifting adalah bahasa gaul dari membeli barang bekas yang masih layak pakai. Thrifting bisa berupa barang apa saja, namun yang paling ramai adalah tren thrift pakaian.
Gaya hidup thrifting ini menjadi pilihan banyak orang karena bisa membeli barang dengan harga lebih murah namun kualitas masih layak pakai. Bahkan pakaian dari brand brand besar dapat ditemui di toko thrift.
Namun, selain itu ada alasan lain yang ternyata masih banyak orang yang belum sadar akan efek thrifting. Dalam beberapa dekade terakhir lanskap belanja pakaian dikuasai oleh brand brand besar yang sering kita lihat di mall besar.
BACA JUGA: Sosok Inspiratif Iwan Sunito, Sukses di Australia dan Siap Wujudkan Mimpi di Indonesia
Brand-brand besar tadi disebut juga dengan fast fashion. Disebut fast fashion karena siklus produksinya yang sangat cepat. Pakaian diproduksi secara masal namun dengan biaya rendah karena permintaan tren fashion yang selalu berubah.
Bahkan di negara-negara empat musim, tren lebih cepat berubah sesuai musim. Efek dari fast fashion ini menghasilkan limbah tekstil yang besar, polusi air dan udara, serta lingkungan kerja buruh yang tidak manusiawi di pabrik garmen seluruh dunia.
Buruh yang bekerja di industry tekstil merek-merek besar banyak yang mempekerjakan anak di bawah umur. Gaji yang dibayarkan pun di bawah rata-rata. Dilansir dari laman resmi Institut Teknologi Sepuluh November, berdasarkan dari data yang ada, di Indonesia sendiri per tahunnya menghasilkan limbah tekstil sebesar satu juta ton.
BACA JUGA: Survei Jakpat: Anak Muda Gen Z Paling Suka Kopi Kekinian
Karena fast fashion menghasilkan limbah dan efek negative ke lingkungan dan pekerjanya, maka kita membutuhkan tren fashion yang lebih lambat alias slow fashion. Dampak dari thrifting adalah penurunan permintaan terhadap produk-produk fast fashion.
Daripada membeli baju secara terus menerus, lebih baik membeli baju bekas untuk mengurangi limbah tekstil. Selain itu, merek fast fashion akan didorong untuk memperhatikan prinsip keberlanjutan dalam produksi mereka.
Melihat dari alasan-alasan di atas, ternyata thrifting memiliki efek positif yang cukup besar dalam industri fashion. Dengan membeli baju bekas, kita juga dapat melindungi lingkungan agar tidak semakin tercemar.